Perayaan
Cap Go Meh di Singkawang, Kalimantan Barat, selalu punya dimensi lain, betapa
mulusnya akulturasi antara budaya Tionghoa, Dayak, dan kultur lokal lain di
Kalimantan. Cap Go Meh atau hari ke-15 tahun baru Imlek awal
Februari lalu selalu menyisakan kisah unik dan gebyar sebuah perayaan yang
penuh gegap gempita. Seluruh masyarakat Kota Singkawang, Kalimantan Barat, dan
sekitarnya, seakan tumpah menjadi satu.
Bagi yang tak pernah ke Singkawang, mereka acap kali kaget dan keheranan.
Puluhan orang Tionghoa, terdiri dari anak, remaja dan dewasa, berjejal dalam
mobil bak terbuka. Datang dari berbagai penjuru daerah, menuju pusat Kota
Singkawang. Gambaran umum Tionghoa yang identik dengan pengusaha dan kaya, tak
sepenuhnya berlaku di Singkawang.
Wisatawan dari dalam dan luar negeri selalu datang ke Kota Singkawang pada
perayaan Cap Go Meh. Cap Go Meh adalah potret nyata beragamnya Indonesia.
Dulunya, perayaan itu pernah dikekang. Kini, dapat ditampilkan kepada publik
secara bebas dan alami. Dengan demikian, semangat persatuan dalam keberagaman
mewujud dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu sekaligus mematahkan stigma
kekerasan antarkelompok yang kerap terjadi. Padahal, sejatinya hanya melibatkan
segelintir orang yang tak mau menerima perbedaan.
Cap Go Meh merupakan akulturasi nyata budaya Tionghoa, Dayak, serta
kebudayaan lokal di Kalimantan lainnya. Keunikan dan kelokalannya dapat membuat
perbedaan dari yang konvensional festival itu sehingga memiliki nilai jual dan
mampu menarik orang untuk datang. Turis asing datang secara rombongan dalam
kelompok wisata. Biasanya, dari Kuching, Sarawak, Malaysia. Kondisi ini pula
yang membuat hotel dan penginapan selalu penuh saat perayaan Cap Go Meh.
Cap Go Meh biasanya ditandai dengan arak-arakan naga, kilin, barongsai, dan
para Tatung berkeliling kota. Tatung adalah orang yang menyediakan dirinya
untuk dimasuki oleh salah satu dewa yang dikenal oleh masyarakat Tionghoa. Cap Go
Meh dipercaya sudah dilaksanakan turun temurun sejak 200 tahun yang lalu. Para
tatung berasal dari berbagai sinmiau (klenteng) yang tersebar di seluruh
pelosok kota Singkawang, Sambas, Pemangkat, dan kota-kota atau desa-desa di
sekitarnya. Pagi hari di hari ke 15 ini, para Tatung akan berkumpul untuk
melakukan sembahyang kepada Langit di altar yang sudah disiapkan. Perjalanan para
Tatung ditandu dengan menggunakan tandu yang beralaskan pedang tajam atau paku
tajam, sambil memamerkan kekebalan tubuhnya. Ada juga yang naik tangga pedang,
biasanya terdiri dari 36 atau 72 pundak/tangga. Semakin bisa naik ke atas maka
artinya semakin kuat juga ilmu Tatung tersebut.
Berminat untuk mengikuti acara
Cap Go Meh tahun ini? Sulit mendapatkan penginapan yang nyaman di Singkawang? Menginap di Gardenia Resort and Spa Pontianak dan ikuti setiap acara Cap Go Meh nya.
Informasi / Reservasi:
Gardenia Resort and Spa
Jalan Ahmad Yani 2 Pontianak, Kalimantan Barat
Tel.: 0561 6726446 / 7066446
Email: info@gardeniaresortandspa.com